Veronika Memutuskan Mati

Judul : Veronika Memutuskan Mati
Penulis : Paulo Coelho, novelis asal Brasil
Alih bahasa  : Lina Jusuf
Jumlah halaman : 272 hlm; 20 cm


Sebelum bahas langsung reviewnya, gue mau bilang terima kasih sama kak idy yang udah ngerekomendasiin buku Paulo Coelho buat di baca. Jadi kak idy ini penulis favorit gue di wattpad dan gaya tulisannya keren abis, sering banget liat dia update di ig lagi baca buku yang kebanyakan penulis internasional terus kaya asik-asik gitu. Sehingga terbesitlah untuk minta rokemendasi sama dia terutama buku yang berhubungan dengan mental illness.

Sebelum membaca buku ini, gue pernah baca 1 buku lagi yang berhungan juga dengan mental illness berjudul “All the Bright Places” karya Jennifer Niven tapi belum sempet nulis review. Buku itu juga bagus banget, best seller international. Jujur gue dibuat nangis baca buku itu, seakan-akan segala sesuatu yang selama ini gue rasakan tapi ga bisa dijelaskan akhirnya terwakilkan lewat novel ini.

Ok. Back to the main topic. Gue beli buku Veronika Memutuskan Mati ini dari Gramedia Trans Studio mall Bandung seharga 68.000 saja. And for me, this book was very very worth it.

“Veronika yang berumur 24 tahun seakan memiliki kehidupan sempurna- muda dan cantik, punya kekasih, keluarga yang menyayanginya, pekerjaan yang disukainya. Namun ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Maka pada suatu pagi bulan November yang dingin, Veronika menenggak segenggam pil tidur dan berharap tidak akan bangun lagi. Tapi dia terbangun- di rumah sakit jiwa, dan diberitahu hidupnya tinggal beberapa hari lagi”

Ketika gue baca sinopsisnya, gue langsung memutuskan untuk membeli novel ini because this is so relatable with me and what I feel all this time. Terlebih tokoh utamanya adalah seorang cewek. 

Yang buat gue lebih tertarik adalah karena novel ini terinspirasi dari peristiwa-peristiwa yang dialami penulisnya. Coelho sendiri pernah masuk rumah sakit jiwa karena minatnya yang tak sejalan dengan keinginan orang tuanya, pada saat itu seorang sastrawan atau penulis dianggap sebelah mata. Dengan fakta itu, gue semakin yakin ini buku akan sangat bagus dan akan bisa mewakili.


 Veronika Memutuskan Mati mempertanyakan arti kegilaan dan merayakan individu-individu yang dianggap tidak normal berdasarkan standar yang berlaku di masyarakat. Berani dan mencerahkan, kisah inui menggambarkan wanita muda yang berada di persimpangan, antara putus asa dan keinginan untuk bebas, serta apresiasi atas setiap hari yang membawa harapan baru”

Review kali ini gue bakalan narik beberapa topik yang sejauh ini gue tangkep setelah baca buku ini, let's get started

Bunuh Diri
Kebanyakan cerita di buku maupun film yang berkaitan dengan mental illness biasanya selalu diawali atau diakhiri dengan percobaan tindak bunuh diri tokohnya. Ini masuk akal. Karena memang pada dasarnya, bahaya terbesar dari mental illness itu sendiri adalah berujung bunuh diri. Kita semua ga bisa nutup mata dari topik ini. Contohnya di ngara-negara besar seperti Amerika, Korea Selatan, bahkan Jepang adalah termasuk negara yang tingkat bunuh dirinya tinggi, dan menurut gue faktor penyebabnya banyak bangeet. Mungkin kalo di negara-negara besar gitu kebanyakan karena social presure yang amat tinggi sehingga tingkat stressnya pun sangat rentan secara negara maju. Tapi yang gue lihat dari beberapa kasus justeru yang bunuh diri itu kebanyakan tokoh-tokoh besar yang kalo kita sebagai orang awam mah mikirnya kurang apalagi sih hidupnya. Contohnya yang baru-baru ini terjadi Kim Jong Hyun shinee dari korea dan musisi-musisi besar dari Barat. See. Ini juga yang dibahas di buku ini, sesempurna apapun hidup seseorang kelihatannya. Bukan berarti dia baik-baik saja. Karena mental illness ga ada hubungannya sama itu semua, meskipun ada tapi hanya sedikit.


“Apakah kamu tidak ingin mengetahui kedaanmu?"
“Aku sudah tahu,” jawab Veronika. “Dan itu tidak ada hubungannya dengan yang terjadi pada tubuhku sebagaimana kamu lihat; keadaanku adalah apa yang terjadi dalam jiwaku.”

Di Indonesia sendiri. Kasus bunuh diri sudah marak terjadi. Bahkan dari 2 tahun terakhir di daerah gue banyak sekali tindak bunuh diri yang memakan korban mulai dari remaja hingga orang tua dan itu beruntun, dan hal ini terjadi karena sumber berita yang menyebar hingga menyebutkan kronologis lengkapnya bahkan disertai fotonya yang disebar melalui whatsapp dan sosial media. Miris sekali memang. Asal kalian tahu, tindak bunuh diri ini bukan semata-mata mendadadak tiba-tiba dilakukan. Setidaknya para korban pasti pernah memikirkan atau berniat melakukannya dari jauh-jauh hari, dan ketika mendengar berita kasus bunuh diri yang segala macemnya diceritain dari mulut ke mulut ya dia jadi ngikkutin kalo engga ya memotivasi untuk melalukannya. Jadilah beruntun. Jadi mari kita membiasakan diri jika ada berita mengenai kasus bunuh diri tidak kita sebutkan atau sebarkan kronologis nya karena itu bia membahayakan dan sebenanrnya memang melanggar privasi korban.

Apa itu gila
''Setiap orang yang hidup di dlam dunianya sendiri termasuk gila. Seperti Skizofren, psikopat, maniak. Maksudku, orang yang berbeda dari orang lain.''

''Bila saja aku punya pilihan, bila saja aku tahu sejak awal bahwa penyebab hari-hariku terlihat sama adalah karena aku memang membuatnya demikian, baranhkali..''

''Segalanya benar-benar konyol, bahwa ia tidak mau lagi menerima apa yang dipaksakan oleh kehdupan. Di masa remaja ia merasa terlalu dini untuk memilih; kini, setelah dewasa, ia yakin waktu untuk berubah sudah terlambat. Lalu untuk apa ia curahkan tenaganya selama ini? Untuk memastikan hidupnya berlangsung seperti biasanya. Ia lepaskan mimpi-mimpinya supaya orang tuanya tetap menyayanginya seperti di masa kecil, meskipun ia tahu cinta sejati berubah dan tumbuh seiring dengan waktu serta menemukan cara baru untuk mengekspresikannya.''

''zat yang baru ditemukan, serotonin, komponen yang bertanggung jawab terhadap perasaan manusia.''

''Sempat terbesit keinginan untuk menjelaskan apa yang terjadi, namun ia berubah pikiran; orang tidak pernah bisa belajar dari cerita orang lain, mereka harus mengalaminya sendiri.''

''Kegilaan adalah ketidakmampuan mengomunikasikan apa yang ada dalam pikiran. Seperti ketika berada di negeri asing, kamu bisa melihat dan memahami apa yang terjadi di sekitarmu , tetapi kamu tidak bisa menjelaskan apa yang kamu ketahui atau bantuan apa yang kamu perlukan, karena kamu tidak mengerti bahasa setempat.''

''Kita semua pernah mengalaminya.''

''Kita semua, apapun bentuknya, adalah gila.''

''Tetapi apa itu realitas?''
''Apa saja yang dikehendaki oleh masyarakat umum. Tentu tidak perlu yang terbaik atau yang paling logis, tetapi yang sesuai dengan keinginan msyarakat umum.''

''Pikiran akan sellau kembali, tetapi berusahalah untuk menyingkirkannya. Kalian punya dua piliha; mengendalikan pikiran atau dikendalikan pikiran. Kalian sudah terbiasa dikendalikan oleh pikiran, membiarkan diri hanyut dalam ketakutan, kecemasan, rasa tidak aman, karena kita semua cenderung menghancurkan diri sendiri.''

''Jangan mencampuradukan kegilaan dan kehilangan kendali.''

''Tetapi kupikir semua itu hanyalah bagian dari hidup; dan harga yang harus dibayar untuk masalah kecil seperti itu jauh lebih ringan daripada harga yang harus dibayar jika kita tidak mau peduli terhadap masalah itu.''

''Pada dasarnya, segala yang terjadi dalam hidup kita melulu kaena kesalahan kita. Banyak orang menghadapi persoalan seperti kita, dan sikap mereka sama seklai berbeda. Kita mencari jalan termudah; melepaskan diri dari kenyataan.''

''..yang disebut normal adalah suatu kondensus; jika bnayak orang menganggap sesuatu benar, maka sesuatu itu pun dianggap benar.''

''Setiap orang mempunyai keunikan , dengan kualitas, naluri, serta kesenangn dan hasrat bertualang masing-masing. Meskipun demikian masyarakat selalu memaksakan perilaku kolektif, sehingga orang tidak lagi berfikir mengapa ia harus mengikuti perilaku tersebut.''

'Jadilah seperti air mancur yang terus meluap, jangan seperti wadah di bawahnya, yang hanya menampung.'

''Di sini maupun di sana, orang-orang berkelompok; mereka membangu tembok dan tidak membiarkan sesuatu yang asing mengusik keberadaan mereka. Mereka melakukan sesuatu karena terbiasa, mereka menekuni pelajaran yang tak bermanfaat, mereka bersenang-senang karena perlu bersenang-senang, dan persetan dengan oreng lain--- mereka bia memilih jalannya sendiri.. Untuk beberapa waktu, itu cukup menyenangkan dan berfaedah, tetapi orang terus beruah dan sekarang aku pergi bertualang.. Namun aku yakin ada yang bisa kulakukuanm dan bahaya dalam petualang ini lebih berharga daripada seribu hari ketenangan dan kenyamanan.''

''Gadis itu akan menganggap setiap hari sebagai keajaiban---dan sebenarnya memang demikian jika kita melihat betapa banyak hal tak terduga yang bisa terjadi setiap detik dalam hidup kita yang rapuh ini.''

Komentar

Popular Posts