Es Campur


Anggap saja lagi baca fanfiction koreaa , mohon maaf apabila ada kesamaan tempat, kejadian, maupun tokoh.

~

Hari ini aku begitu senang. Sampai bingung, harus mulai cerita dari mana.

Pertama. Senang karena rasanya hari ini ada beberapa ketakutan dan keraguan yang berhasil dikalahkan. Aku sudah berusaha, tapi tentu saja jangan cepat puas. Ah ini bukan topik utamanya.

Topik utamanya adalah : Hari ini aku pulang berdua. Tebak sama siapa? bukan sama sobatku  yang biasa atau siapapun tapi sama dia, hehe. Dibonceng. Ngobrol sepanjang jalan. Haha hihi. Tanya ini itu.

Awalnya aku sedikit kesal karena niatku melakukan satu hal banyak sekali halangannya. Ini itu. Seperti hari ini, aku harus berangkat sendiri dan pergi lagi tanpa konsul apapun. Ditambah ini adalah hari pertama ku kedatangan tamu bulanan. Uh ga enak hati nya bukan main.

Aku pulang jam setengah 5 sore. Lama sekali angkotnya. Batrei HP tinggal 7%. Sobatku malah tidak balas whatsapp ku.

Juga dia, ceklis satu. Terkirimpun tidak. Ah, mungkin sedang di jalan pulang. Pikirku.

***
Aku naik angkot 02 dari depan pandapa sampai terminal. Ini sudah sore. Akan lebih baik disana.

Aku sempat melihat ada orang bawa motor ke pom bensin mirip dia. Tapi ternyata bukan. Ya sudahlah, tidak mungkin juga. Tapi kenapa rasanya deg-degan tidak karuan begini.

Aku turun, batrei HP tinggal 3%. Ku aktifkan saja mode pesawat biar tetap bisa nyala, takutnya nanti ada yang darurat.

Detik berikutnya. Kulihat ada seseorang memberhentikan motornya ragu-ragu. Aku langsung tahu dia. Dia buka helmnya.

"Hayu."

Aku sedikit gelagapan. Apalagi hatiku, sudah pasti sekarang tidak karuan, untung saja masih ada di tempatnya. Tidak tahu harus bereaksi apa. Ini benar dia? yang terakhir kulihat di bulan desember kemarin, di bawah langit bumi perkemahan seribu bintang. Jelas sudah lama sekali. Saat ini kita sudah bertemu bulan Agustus. Ingin rasanya kubilang, jika bisa. Kamu kemana saja? Aku rindu.

Tapi aku malah jawab. Sambil grogi.
"Eh? Boleh?"

"Iya, hayu"

Aku naik dengan ragu campur senang campur grogi. Kalo harus dijabarkan tidak akan cukup. Pokoknya kalo diibaratkan perasaanku macam es campur. Berbagai rasa tapi intinya indah dan enak. -ini apa? aku malah ngiler es campur hehe

Lalu dia nanya,
"Dikira siapa. Kok pulangnya sore?"

"Iya"
Ini beneran aku masih bengong. Antara percaya dan enggak. Mungkin kalian pikir lebay. Tapi, terserah. Pokoknya memang begitu, aku yang merasakannya.

"Oh iya sekarang fullday ya, sama".

Setelah itu kami ngobrol kesana kemari. Saking asiknya. Tidak ada jeda. Aku suka. Karena bukan hanya aku saja yang mencari topik. Bahkan kebanyakan dia yang bertanya duluan. Ah senangnya.

Kita ngobrol tentang belajar, kuliah, kerja, teman, sim, KTP, dan banyak lagi.

Tapi ada satu kejadian lucu yang sekaligus buat aku malunya bukan main.

Entah ini memang takdir atau kebetulan. Tapi aku tahu semuanya sudah diatur. Semuanya ada hikmahnya. Dimulai dari aku yang berangkat sendiri karena tidak ada yang mau mengantar. Sampai aku rasa bapak polisi saja telah berpihak padaku hari ini. Hehe

Bagaimana bisa. Tadi ada razia polisi alias tilang. Aku sudah deg-degan. Baru saja tadi kami membahasnya. Dan sekarang aku takut. Masa aku harus turun disini? Baru saja aku senang. Masa malah jadi ngenes, kan gak lucu.

Eh tapi ternyata tidak. Dia tau jalan pintas. Yang sebenarnya lebih jauh lagi. Kalo bahasa kerennya jalan tikus. Aku lega. Juga senang pastinya. Karena dengan begitu. Aku bisa lebih lama sampai rumahnya, hehe. Aku juga belum pernah lewat jalan ini. Lumayan lah nambah pengalaman.

Asik juga ternyata naik motor sama orang yang disuka sore-sore begini. Banyak sawah, angin sore sepoy-sepoy. Apalagi karena jalannya ga terlalu bagus dan sempit, jadi ga bisa ngebut hehe. Ditambah matahari yang mulai sembunyi malu-malu. Ah, sempurna sudah soreku kali ini.

Singkat cerita. Banyak anak-anak maupun bapak-bapak yang minta sumbangan. Aku juga tidak mengerti. Tapi ini lumrah. Diapun berhenti. Merogoh saku celananya, tapi kelihatan kesusahan. Aku memotong kegiatannya

"Butuh receh ya? Sudah aku saja"

"Eh jangan"

"Ngga apa-apa"

Aku sadar di sakuku tidak ada uang receh selain 3 keping koin 500an. Dalam hati aku bilang. Ya sudahlah, tidak apa-apa 5000 saja. Itung-itung sodaqoh juga syukuran, toh sekarang dengan adanya razia ini justeru aku malah makin senang. Setelah sekian lama tidak bertemu, sekarang bisa boncengan sama dia lebih lama. Hehe.

Aku kasih uang itu ke dalam kardus. Adek-adek yang pegang nanya.

"Teteh, moal diangsulan?"

Dengan mantap aku jawab,
"Gga usah, gapapa"

Dia bingung,
"Heh, kenapa harus segitu? 2000 juga cukup. Nanti kuganti"

"Ah gapapa. Aku kan udah nebeng, ga ngongkos, hehe"

"Tapi masa 20.000 , nanti kuganti"

Aku tidak jelas mendengarnya. Aku juga cukup bingung, bertanya-tanya memangnya tadi ngasih berapa. Aku baru sadar pas sampe di rumah, pas aku cek uangku di saku.

Ya ampun aku malu. Saking groginya aku ngasih 20.000 buat yang jaga jalan tikus. Pasti dia pikir aku cewek aneh.

Ya sudah, entah kenapa tiap bareng dia suka seperti ini. Ah kenapa. Ya pasti karena aku suka, saking sukanya aku ga fokus sama yang lain. Begitu.

***
Pas kita nyampe jalan raya. Dia nanya
"Erfa suka ngebut apa enggak?" (Intinya dia minta izin boleh ngebut apa ngga)

Jujur aku kaget. Sekaligus melting ditanya gitu. Perempuan mana coba yang nggak melting kalo ditanya gitu. Maksudnya sama orang yang dia suka, hehe.

"Eh? Jangan deh. Kamu mah ngebutnya palalaur, dulu juga gitu. Takut ah"

Ini jujur. Bukan hanya modus. Aku kapok dibawa ngebut sama dia.

"Eh? Kok tahu? Kapan" dia keliahatan berfikir.

Sebenarnya aku sedikit sakit hati dia sampe lupa, tapi yasudahlah. Aku juga sering pura-pura lupa biar kelihatan keren, gak murahan, gitulah.

Lalu dia jawab lagi sendiri pertanyaannya
"Oh iya, waktu itu"

***
Kita cerita soal kuliah. Dia bilang mau ke kampus anu (ini aku samarkan demi kenyamanan semua pihak ya hehe), kalo engga ya ke kampus yang satunya lagi. Kalo ga keterima di ketiganya dia mau tetep ngambil jurusan itu di poltek. Aku bilang,

"Kenapa harus ke poltek? Pasti diterima da"

Dia agak mundur biar jelas,
"Apa?"

"Ga usah ke poltek, di univ itu juga pasti diterima"

Dia serongin kepalanya biar bisa denger jelas,
"Apa? Ga kedengeran?"

"Ga usah ke poltek. Pasti keterima"

Dia makin kenceng,
"Eh apa? ga kedengeran!"

Terus aku kesel aku maju deketin muka ku.

"Udah pasti harus bisa di univ itu!!!" Kenceng deh tuh kan.

Akhirnya kedengeran.

"Oh iya haha, aamiin"
Dia ngomong sambil nyerongin kepala, tangannya ditaruh dipipi biar suaranya jelas.

Jadi nostalgia.

***
Dia juga cerita soal nilai TO nya yang dapet peringkat ketiga. Iya deh iya, kamu emang suka pamer. Tapi gapapa. Asal itu kamu. Aku ikut bangga saja.

***
Terus dia juga bilang jarang aktif di facebook, katanya ga punya kuota. Kalo buka hape cuma di sekolah. Biar di rumah ga di ganggu (ini aku ga jelas dengernya)

"Wah kelas tiga mah beda, belajar mulu"
"Iya, harus beda lah"

Aku seneng sih. Berarti dia lama bales chat bukan karena apa-apa. Tapi ya gitu. Eh terus ini juga pertanda, kalau dia jomblo. Hehe.

Dari sana secara tidak langsung aku juga jadi lebih semangat lagi. Dia saja mempersiapkan masa depannya dengan matang, aku juga harus lah. Biar sama-sama pantas. Hehe.

***
Di jalan dia juga cerita soal buka bersama kemarin yang ga jadi. Dia bilang itu karena aku.
Haha. Dia cerita detailnya.

"Pas bulan puasa aku disuruh ibu ke pasar. Terus ketemu si Adi. Dia ngajak bukber. Bilang kan ke kamu?"

"Si Adi mah ngga, cuma kamu yang ngasih tahu"

"Iya, aku. Terus kamu jawabnya cuma gitu aja. Kaya males. Yaudah lah jadi haroream. Ga jadi deh"

Aku langsung ingat, waktu itu aku putusin buat lupain dia. Jadi aku bales dia ketus. Jadi ngerasa bersalah juga.

"Hehe. Lagian tahun kemarin juga ga jadi, cuma bikin grupnya aja tapi ga jadi-jadi".

"Iya sih."

Terus kita ngomongin mau kumpul bareng sama yang lain, eh dia balik lagi. Bikin aku kesal.

"Yaudah. Gampang. Nanti diatur buat kumpul lagi"

"Tapi kalo yang geraknya cuma 2 orang mah susah. Mendingan yang mau aja yang penting kumpul"

"Iya si, tapi nanti bisa diatur lagi lah. Apalagi kalo yang deket-deket mah"

"Heem"

"Si Arul juga pasti mau kok" Nadanya beda, kaya sengaja jailin aku, bikin kesal aku.

Uh kesal. Dia lagi yang dibahas.

"Ih si Arul lagi"
Dia ketawa kecil.

Terus aku turun. Kikuk lagi. Aku bilang makasih. Dia malah ambil uang 10.000 mau di kasih ke aku. Ngomongnya gini.

"Ini digentian"

"Ngga ih, udah ya makasih"

"Yaudah nih patungan aja"

"Ngga"

Dia nyodorin mulu, aku udah ga nyaman. Saling liat di keadaan akward gini. Ini udah sore, mukaku pasti sudah kucel. Waweh. Ah sudah. Aku malu. Sana pulang. (Walaupun aku masih kangen).

"Udah gausah, makasih ya. Hayu mampir dulu."
Aku ngalihin topik biar dia ga nyodorin uang mulu.

"Hayu"
Dia bilang itu dengan mantapnya sambil ngangguk dan langsung tanpa jeda.

Aku jelas kaget.
Dia juga.

Sambil gelagapan aku bilang,
"Oh yaudah hayu" jujur aku malu.

Tadi namanya tawar gatra. Ga bener2 ngajak, ya masa beneran mau mampir. Walaupun gapapa sih, tapi nantinya bakalan aneh. Alasan pastinya sih buat ngalihin topik.

Dia juga kaya malu gitu terus langsung bilang

"Eh nanti aja kapan-kapan, udah sore"

"Iya, makasih, hati-hati"

Dan ternyata saat itu ada teteh, mamah juga ayah yang liatin. Hehe.

***
Udah sampe disitu. Aku senang. Terus aku langsung whatsapp dia

"Eh aku baru sadar tadi ngasihnya 20rb 😅"

Aku tinggal nunggu di bales, besok pastinya.
Sudahlah. Sekian. Hehe


 Senin, 28 -  08 - 2018.

Komentar

Popular Posts